Friday, September 30, 2011

Sholat

SHOLAT WAJIB (FARDLU)
Sholat (ejaan KBBI) atau sholat (bahasa Arab: صلاة), merujuk kepada ritual ibadah.
Secara etimologi Sholat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, do'a. Kata Sholat itu sendiri dalam bahasa Arab, berasal dari kata "tselota" dalam bahasa Aram (Suriah) yaitu induk dari bahasa di Timur Tengah. Sedangkan, menurut istilah, Sholat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Sholat dalam Al Qur'an

Firman Allah :
@è% yÏŠ$t7ÏèÏj9 tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qßJŠÉ)ムno4qn=¢Á9$# (#qà)ÏÿZãƒur $£JÏB öNßg»uZø%yu #vÅ ZpuÏRŸxtãur `ÏiB È@ö6s% br& uÎAù'tƒ ×Pöqtƒ žw ÓìøŠt/ ÏmÏù Ÿwur î@»n=Åz ÇÌÊÈ  
Artinya : Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan (QS.Ibrahim :31)
 ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) šÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çŽt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ  
Artinya : bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(al-‘Ankabut : 45)
* ¨bÎ) z`»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ   #sŒÎ) çm¡¡tB ޤ³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ   #sŒÎ)ur çm¡¡tB çŽösƒø:$# $¸ãqãZtB ÇËÊÈ   žwÎ) tû,Íj#|ÁßJø9$# ÇËËÈ   tûïÏ%©!$# öNèd 4n?tã öNÍkÍEŸx|¹ tbqßJͬ!#yŠ ÇËÌÈ  
Artinya : 19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.20. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,23. yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, (al-Ma’arij : 19-23)

1.    Hukum Sholat

Hukum Sholat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
  • Fardhu, Sholat fardhu ialah Sholat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Sholat Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
    • Fardlu ‘Ain : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti Sholat lima waktu, dan Sholat jumat (Fardhu 'Ain untuk pria).
    • Fardlu Kifayah : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti Sholat jenazah.
  • Nafilah (Sholat sunnat), Sholat Nafilah adalah Sholat-Sholat yang dianjurkan atau disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Sholat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu
    • Nafil Muakkad adalah Sholat sunnat yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti Sholat dua hari raya, Sholat sunnat witir dan Sholat sunnat thawaf.
    • Nafil Ghairu Muakkad adalah Sholat sunnat yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti Sholat sunnat Rawatib dan Sholat sunnat yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti Sholat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
2.    Reka’at sholat dan waktu dalam sholat wajib :
  1. Shubuh, terdiri dari 2 raka'at. Waktu Shubuh diawali dari munculnya fajar shaddiq, yakni cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh berakhir ketika terbitnya matahari.
  2. Zhuhur, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Zhuhur diawali jika matahari telah tergelincir (condong) ke arah barat, dan berakhir ketika masuk waktu Ashar.
  3. Ashar, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Khusus untuk madzab Imam Hanafi, waktu Ahsar dimulai jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya matahari.
  4. Maghrib, terdiri dari 3 raka'at. Waktu Maghrib diawali dengan terbenamnya matahari, dan berakhir dengan masuknya waktu Isya'.
  5. Isya', terdiri dari 4 raka'at. Waktu Isya' diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, dan berakhir hingga terbitnya fajar shaddiq keesokan harinya. Menurut Imam Syi'ah, Salat Isya' boleh dilakukan setelah mengerjakan Salat Maghrib.

3.    Syarat Sholat

       1.  Islam

       2.  Tamyiz

       3.  Suci dari dua hadats

       4.  Suci anggota badan, pakaian, tempat sholat dari hadats

       5.  Menutup Aurat

       6.  Menghadap Qiblat

       7.  Masuk waktu sholat

       8.  Mengetahui sholat fadlu dan sunnah

       9.  Jangan meyakini yang fardlu itu sunnah

       10. menjahui semua yang membatalkan wudlu dan sholat

4.    Rukun Sholat

  1. Berdiri (bagi yang mampu)
  2. Niat
  3. Takbiratul ihram
  4. Membaca surat
  5. Ruku' dengan tuma'ninah
  6. I'tidal dengan tuma'ninah
  7. Sujud dua kali dengan tuma'ninah
  8. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah
  9. Duduk tasyahud akhir
  10. Membaca tasyahud akhir
  11. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
  12. Membaca salam yang pertama
  13. Tertib (melakukan rukun secara berurutan)

5.    Yang membatalkan sholat

       1.  Berhadats

       2.  Bercakap-cakap dengan sengaja selain bacaan sholat

       3.  Terbuka aurat

       4.  Bergerak tiga kali berturut-turut

       5.  Terkena najis

       6.  Makan dan minum dengan sengaja

       7.  Mengahadap ke lain qiblat

       8.  Melangkah atau memukul yang berlebihan

       9.  Tertawaa terbahak-bahak

       10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja (mis, reka’at)

       11. Berubah niat

       12. Murtad



SHOLAT BERJAMA'AH
Sholat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama (berjama'ah). Pada Sholat berjama'ah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai Imam Sholat, dan yang lain akan berlaku sebagai Makmum.
1.    Hukum sholat berjama’ah
                 Hukum sholat berjama’ah adalah sunnah muakkad pada sholat fadlu yang lima waktu. Adapun fahalanya 27 derajat  dari pada sholat sendirian. Sabda Nabi ;
صلاة الجَمَاعةِ اَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الفَذِّ بِاالسَّبعِ وَعِسْرِيْنَ دَرَجَةً
Artinya : Sholat jama’ah itu lebih utama dari pada sholat sendirian, dengan berbanding 27 beberapa derajat.(HR. Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar RA)
2.    Syarat sholat berjama’ah
       1.  Berniat mengikutii imam atau menjadi makmum
       2.  Mengetetahui segala yang dikerjakan imam
       3.  Tidak ada dinding yang menghalangi antara imam dengan makmum  (bagi laki-laki) kecuali bagi perempuan hendaklah diberi pembatas, umpamanya kain.
       4.  Makmum tidak boleh mendahului imam dalam bertakbir, dan tidak pula mendahului atau memperlambatkan diri dalam mengikuti imam sampai dua rukun fi’li, kecuali ada udzur.
       5.  Posisi makmum tidak boleh sejajar atau lebih kedepan dari imam
       6.  Jarak antara imam dan makmum atau antara makmum dan baris makmum yang terakhir tidak lebih dari 300 hasta
       7.  Sholat makmum harus bersesuaian dengan shalat imam. Misalnya sama-sama sholat wajib seperti dzuhur,qashar, jama’ dan sebagainya.
3.    Orang yang boleh jadi Imam
       1.  Laki-laki bermakmum kepada Laki-laki
       2.  Perempuan bermakmum kepada Laki-laki
       3.  Khuntsa (banci) bermakmum kepada laki-laki
       4.  Perempuan bermakmum kepada Khuntsa
       5.  Perempuan bermakmum kepada perempuan
4.    Orang yang tidak boleh dijadikan Imam
       1.  Orang yang fasih (orang yang dapat membaca Al-Qur’an dengan Baik)bermakmum kepada orang yang tidak fasih dan banyak salahnya.
       2.  Laki-laki bermakmum kepada Khuntsa
       3.  laki-laki bermakmum kepada perempuan
       4.  Khuntsa bermakmum kepada khuntsa
       5.  Khuntsa bermakmum kepada perempuan
5.    Keutamaan
       Adapun keutamaan salat berjama'ah dapat diuraikan sebagai berikut:
  • Berjama'ah lebih utama dari pada salat sendirian. Rasulullah SAW bersabda: "Salat berjama'ah itu lebih utama dari pada salat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar RA)
  • Dari setiap langkahnya diangkat kedudukannya satu derajat dan dihapuskan baginya satu dosa serta senantiasa dido'akan oleh para malaikat. Rasulullah SAW bersabda: "Salat seseorang dengan berjama'ah itu melebihi salatnya di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila seseorang berwudhu' dan menyempurnakan wudhu'nya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan semata-mata untuk salat, maka setiap kali ia melangkahkan kaki diangkatlah kedudukannya satu derajat dan dihapuslah satu dosa. Dan apabila dia mengerjakan salat, maka para Malaikat selalu memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada ditempat salat selagi belum berhadats, mereka memohon: "Ya Allah limpahkanlah keselamatan atasnya, ya Allah limpahkanlah rahmat untuknya.' Dan dia telah dianggap sedang mengerjakan salat semenjak menantikan tiba waktu salat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Huraira RA, dari terjemahan lafadz Bukhari).
  • Terbebas dari pengaruh/penguasaan setan. Rasulullah SAW bersabda: "Tiada tiga orangpun di dalam sebuah desa atau lembah yang tidak diadakan di sana salat berjama'ah, melainkan nyatalah bahwa mereka telah dipengaruhi oleh setan. Karena itu hendaklah kamu sekalian membiasakan salat berjama'ah sebab serigala itu hanya menerkam kambing yang terpencil dari kawanannya." (HR. Abu Daud dengan isnad hasan dari Abu Darda' RA).
  • Memancarkan cahaya yang sempurna di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda: "Berikanlah khabar gembira orang-orang yang rajin berjalan ke masjid dengan cahaya yang sempurna di hari kiamat." (HR. Abu Daud, Turmudzi dan Hakim).
  • Mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang salat Isya dengan berjama'ah maka seakan-akan ia mengerjakan salat setengah malam, dan barangsiapa yang mengerjakan salat shubuh berjama'ah maka seolah-olah ia mengerjakan salat semalam penuh. (HR. Muslim dan Turmudzi dari Utsman RA).
  • Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung satu sama lain. Rasulullah SAW terbiasa menghadap ke ma'mum begitu selesai salat dan menanyakan mereka-mereka yang tidak hadir dalam salat berjama'ah, para sahabat juga terbiasa untuk sekedar berbicara setelah selesai salat sebelum pulang kerumah. Dari Jabir bin Sumrah RA berkata: "Rasulullah SAW baru berdiri meninggalkan tempat salatnya diwaktu shubuh ketika matahari telah terbit. Apabila matahari sudah terbit, barulah beliau berdiri untuk pulang. Sementara itu di dalam masjid orang-orang membincangkan peristiwa-peristiwa yang mereka kerjakan di masa jahiliyah. Kadang-kadang mereka tertawa bersama dan Nabi SAW pun ikut tersenyum." (HR. Muslim).
  • Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin. Pembiasaan ini dilatih dengan mematuhi tata tertib hubungan antara imam dan ma'mum, misalnya tidak boleh menyamai apalagi mendahului gerakan imam menjaga kesempurnaan shaf-shaf salat. Rasulullah SAW bersabda: "Imam itu diadakan agar diikuti, maka jangan sekali-kali kamu menyalahinya! Jika ia takbir maka takbirlah kalian, jika ia ruku' maka ruku'lah kalian, jika ia mengucapkan 'sami'alLaahu liman hamidah' katakanlah 'Allahumma rabbana lakal Hamdu', Jika ia sujud maka sujud pulalah kalian. Bahkan apabila ia salat sambil duduk, salatlah kalian sambil duduk pula!" (HR. Bukhori dan Muslim, shahih).
Dari Barra' bin Azib berkata: "Kami salat bersama Nabi SAW. Maka diwaktu beliau membaca 'sami'alLaahu liman hamidah' tidak seorang pun dari kami yang berani membungkukkan punggungnya sebelum Nabi SAW meletakkan dahinya ke lantai. (Jama'ah)
  • Merupakan pantulan kebaikan dan ketaqwaan. Allah SWT berfiman: "Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan salat." (QS. 9:18).
6.        Kehadiran Jama'ah Wanita di dalam Masjid
Wanita diperbolehkan hadir berjama'ah di masjid dengan syarat harus menjauhi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya syahwat ataupun fitnah. Baik karena perhiasan atau harum-haruman yang dipakainya.
  • Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu larang wanita-wanita itu pergi ke masjid-masjid Allah, tetapi hendaklah mereka itu keluar tanpa memakai harum-haruman." (HR. Ahmad dan Abu Daud dari Abu Huraira RA).
  • "Siapa-siapa di antara wanita yang memakai harum-haruman, janganlah ia turut salat Isya bersama kami." (HR. Muslim, Abu Daud dan Nasa'i dari Abu Huraira RA, isnad hasan).
  • Bagi kaum wanita yang lebih utama adalah salat di rumah, berdasarkan hadits dari Ummu Humaid As-Saayidiyyah RA bahwa Ia datang kepada Rasulullah SAW dan mengatakan: "Ya Rasulullah, saya senang sekali salat di belakang Anda." Beliaupun menanggapi: "Saya tahu akan hal itu, tetapi salatmu di rumahmu adalah lebih baik dari salatmu di masjid kaummu, dan salatmu di masjid kaummu lebih baik dari salatmu di masjid Umum." (HR. Ahmad dan Thabrani).
  • Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian melarang para wanita untuk pergi ke masjid, tetapi (salat) di rumah adalah lebih baik untuk mereka." (HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar RA).

No comments:

Post a Comment

Komentar yang sopan, tidak sara, bully dan perkataan kotor lainnya.